Suku kaum Tidung adalah suku kaum rumpun Melayu yang banyak terdapat di tenggara Sabah yaitu sekitar daerah Tawau dan Sebatik. Selain itu, suku Tidung juga dapat di jumpai beberapa tempat di Indonesia seperti:Tidung Tarakan, Tidung Nunukan, Tidung Sembakung , Tidung Sesayap dan Tidung Malinau kemudian masyarakat Tidung ini menduduki kawasan memanjang mulai daerah Beluran, Sandakan hingga ke Tawau ( Apas , Merotai dan Kalabakan} ,Sembakung dan Malinau di Indonesia. Asalnya Tanah Tidung yang dimaksudkan adalah mencakupi kawasan dari daerah Beluran di Sandakan seterusnya di kawasan Batu Tinaga dengan jumlah populasi suku Tidung mencapai 250.000 di Indonesia ,58.000(Malaysia)
Kehidupan masyarakat suku Tidung yang memiliki rumpun melayu ini dikenal memiliki pola hidup sederhana,namun menariknya masyarakat Tidung sebagaimana dilansir Folksofbatak.wordpress.com tanggal 3 Maret 2014 telah mengenal pengobatan dimana prosesi pengobatan orang yang menjadi pengantaranya disebut “TOK BOMOH”. Sebelum sepenuhnya masuk Islam, orang Tidung mengenal tradisi pengobatan semacam “belian” dimana orang-orang Tidung akan berdialog dengan kekuatan alam gaib dan membuat KELANGKANG MAHLIGAI untuk diantar kesuatu tempat atau pohon besar yang dipercaya sebagai media untuk berdialog dengan kekuatan gaib tersebut. Sewaktu upacara itu berlangsung, dua orang pelaku memainkan peranan yang dikenali sebagai PUNGGUR dan SUWANU. Mereka akan membawa KELANGKANG MAHLIGAI sambil menaburkan wangi-wangian yang diambil dari bunga-bungaan setelah itu mereka akan membawa air embun yang diambil dari puncak gunung sebagi obat. Sewaktu mereka menari mengelilingi orang yang sakit, air embun itu akan dipercikan ke tubuh orang yang sakit tadi. Cerita kepercayaan dan tradisi Suku Tidung dalam syair yang disebut SELUDEN berisi legenda, hikayat para pahlawan, pendekar, raja. Cerita yang paling terkenal adalah Raja Alam
Masyarakat suku Tidung mayoritas beragama Islam dan memiliki corak budaya Melayu, tetapi kehidupan suku Tidung masih memiliki unsur-unsur agama leluhurnya masuk didalam ritus dan adatnya baik itu dalam aspek perkawinan, kelahiran, pengobatan dll. Orang Tidung pada mulanya sebagaimana dilansir Foksofdayak.wordpress.com tanggal 3 Maret 2014 mempercayai akan dewa-dewa yang mendiami Kayangan, gunung-gunung dan bukit-bukit, mereka percaya bahwa dewa ini mempunya kekuatan untuk menyembuhkan bermacam sakit penyakit – salah satu tempat keramat orang Dayak Berusu di Tana Tidung adalah Air terjun gunung Rian dan disana terdapat kuburan Dayak yang mirip dengan Sandung tempat menaruh tulang belulang orang yang dilakukan upacara secondary burial seperti yang dilakukan oleh Dayak Ngaju, Maanyan, Benuaq
Kehidupan masyarakat suku Tidung yang menarik adalah adat istiadatnya salah satunya saat bulan Safar yang terdapat dalam kalender Penanggalan Hijriyah(Islam), menurut kepercayaan masyarakat suku kaum Tidung adalah bulan waktu diturunkannya malapetaka/bala. Jadi agar terhindar dari malapetaka/bala, maka setiap anak dari suku kaum Tidung yang lahir pada bulan safar haruslah mengadakan Tradisi Betimbang asebanyak tiga kali dimana pelaksanaan Tradisi Betimbang adalah pada setiap bulan Safar. Tatacara pelaksana sang Anak duduk di atas Timbangan yang telah dibuat sedemikian rupa, sementara kitab Suci Alqur'an, Sayur-sayuran, dan Makanan di simpan di atas timbangan lainnya, sehingga kedudukannya menjadi seimbang. setelah itu anak diturunkan, dan digantikan dengan sayur-sayuran dan buah-buahan yang lainnya
Suku Tidung yang menetap diwilayah Kalimantan utara dan kalimantan Timur meliputi Tarakan-Nunukan, Bulungan, Sembakung dan Belusu’ / berusu. Orang dengan dialek Tarakan-Nunukan kebanyakan berada di Pulau Tarakan, Nunukan dan Sesayap – mereka ini menyebut dirinya Orang Tidung. Sedangkan orang dialek Bulungan yang merupakan migrasi dari Tarakan dan mediami Sungai Kayan menyebut dirinya sebagai Orang Bulungan, yang berumpun Sembakung menyebut dirinya orang Dayak Tingalan dan Dayak Agagbag mereka ini tinggal disepanjang Sungai Sembakung dan Sebuku. Dan Berusu yang tinggal disepanjang Sungai Malinau dan Sekatak disebut Dayak Berusu dan Dayak Abai.Suku Tidung yang memiliki rumpun Melayu ini diduga kuat masih memiliki hubungan kekerabatan dengan suku Dayak rumpun Marut atau suku-suku Dayak yang ada di negeri Sabah ,Malaysia ,meski sampai sekarang orang-orang Tidung /lembaga suku Tidung tidak mengakuinya .Pasca pemberontakan suku Tidung dengan suku pendatang baru di kota Tarakan beberapa tahun lalu masyarakat Tidung mulai mengakui mereka keturunan Dayak Tidung
Budaya suku Tidung hingga kini masih bertahan salah satunya masyarakat yang ada di kota Tarakan yang penduduknya mayoritas suku Tidung dan diduga kota ini dulu menjadi pusat Kerajaan Tidung terlihat beragam corak seni budayanya membuat Tarakan disebut Kota Punakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar